BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu manajemen,
terdapat prinsip-prinsip manajemen yang dijadikan sebagai acuan dalam
menjalankan suatu organisasi. Setiap manajer harus memiliki komitmen terhadap
prinsip-prinsip manajemen ketika mengimplementasikan tugas dan tanggung jawabnya.
Karena dengan prinsip manajemen tersebut akan mendukung kesuksesan manajer
dalam meningkatkan kinerjanya.
Dengan menggunakan prinsip
manajemen, manajer dapat menghindari kesalahan- kesalahan dalam menjalankan
pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar, paling
tidak dengan prinsip tersebut manajer dapat mengurangi ketidak benaran dalam
pekerjaannya.
Prinsip adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman
pemikiran dan tindakan. Prinsip sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar
dalam bidang ilmu tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah prinsip-prinsip
dari manajemen itu ?
2. Untuk mengetahui apakah tujuan dari
manajemen itu ?
1.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup dari
makalah ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip manajemen dan
tujuan-tujuan dari manajmen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Manajemen
Prinsip
manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak
boleh diabaikan oleh setiap manajer atau pimpinan. Dalam prakteknya harus
diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan
harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :
1.
Pembagian kerja yang berimbang. Dalam membagi-bagikan tugas dan
jenisnya kepada semua kerabat kerja,
seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang
berimbang.
2.
Pemberian kewenangan dan rasa tanggung
jawab yang tegas dan jelas. Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya
diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan
mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.
3.
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan
usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu
kerja) yang telah ditetapkan.
4.
Kesatuan perintah, setiap karyawan atau kerabat kerja
hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor atau kepala seksi atau kepala bagian), bukan dari beberapa
orang yang sama-sama merasa menjadi
atasan para karyawan atau kerabat kerja tersebut.
5. Kesatuan
arah, kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang
sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta
didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu
pimpinan).
Jika prinsip ini tidak
dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja
atau karyawan. Karena
ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka
memiliki kemampuan yang sama (Dayat,n.d,pp.7-9).
Manajemen
adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian
berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1.
Ada tujuan yang hendak dicapai
2.
Ada pemimpin (atasan)
3.
Ada yang dipimpin (bawahan)
4.
Ada kerja sama
2.2
Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS)
Istilah manajemen berdasakan sasaran
pertama kali dipopulerkan sebagai suatu pendekatan terhadap perencanaan oleh
Peter Drucker. Sejak itu, MBO (managemen by objective) telah memacu
banyak pengkajian, evaluasi, dan riset. MBO merupakan teknik manajemen yang
membantu memperjelas dan menjabarkan tahap tujuan organisasi. Dengan MBO
dilakukan proses tujuan bersama antara atasan dengan bawahan. Manajer tingkat
atas bersama-sama menentukan tujuan unit kerja agar serasi dengan tujuan
organisasi. Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus dicapai
organisasi dalam melaksanakan misinya.
Pada setiap tingkat organisasi
diperlukan komitmen para manajer pada pencapaian sasaran perseorangan dan
sasaran organisasi secara efektif. MBO mempunyai siklus atau proses, yang
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Identifikasi
tujuan, tanggung jawab, dan tugas- tugas
2. Pengembangan
standar prestasi (performance)
3. Pengukuran dan penilaian prestasi.
MBO
merupakan sistem yang mengandung berbagai unsur. Menurut Reddin, sistem MBO ini
dapat efektif jika mengandung unsur- unsur:
1. Komitmen
pada program, artinya keterlibatan setiap tingkat manajer sangat dibutuhkan
karena MBO membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
2. Penentuan
sasaran pada tingkat puncak, artinya manajer puncak yang menetapkan terlebih
dahulu tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan anggota organisasi.
Perencanaan yang efektif biasanya dimulai dari Top leader, sasaran
harus operasional dan dapat diukur agar manajer bawah mempunyai gambaran yang
lebih jelas mengenai apa yang diharapkan oleh manajer puncak dan dapat melihat
bagaimana hubungan pekerjaan yang mereka lakukan dengan pencapaian tujuan
organisasi.
3. Sasaran
individu maksudnya penentuan tujuan setiap tingkat untuk membantu para karyawan
apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini membantu setiap individu secara
efektif untuk mencapai sasaran yang ditargetkan. Peran serta aktif semua
tingkatan manajer sangat menentukan tercapai tidaknya sasaran. Semakin besar
peran serta manajer dalam menentukan sasaran semakin besar pula kemungkinan
mencapainya.
4. Otonomi
dalam pelaksanaan rencana, artinya setiap individu mempunyai keleluasaan memilih
sarana untuk mencapai sasaran. Demikian pula setiap manajer harus mengembangkan
dan melaksanakan program untuk mencapai sasaran.
5. Penilaian
prestasi, artinya harus ada evaluasi yang dilakukan secara terprogram untuk
menilai kemajuan menuju sasaran. Penilaian harus didasarkan pada prestasi yang
dapat diukur, bukan atas dasar kriteria subjektif.
6. Peran
serta aktif semua tingkatan manajer sangat menetukan tercapai tidaknya sasaran.
Semakin besar peran serta manajer dalam menentukan sasaran semakin besar pula
kemungkinan mencapainya.
Prinsip Manajemen
Berdasarkan Sasaran (MBS) memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing yaitu :
1. Keunggulan
dari MBO (Managemens By Objectivitas), yaitu :
a.
Pengelolaaan cenderung lebih baik
karena keharusan membuat program.
b. Peranan
dan fungsi struktur organisasi harus jelas.
c. Individu
mengikat diri pada tugas–tugasnya.
d. Pengawasan
lebih efektif berkembang.
e. Meningkatkan
komunikasi antara manajer dan bawahan.
f. Memungkinkan
para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka
g. Membantu
dalam proses perencanaan dengan membuat para manajer menetapakan tujuan dan
sasaran.
h. Memperbaiki
komunikasi antara manajer dan bawahan.
i.
Membuat individu lebih memusatkan
perhatiannya pada tujuan organisasi.
j.
Membuat proses evaluasi lebih dapat
disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu.
2. Kelemahan dari MBO (Managemens By
Objectivitas), yaitu :
a. Tidak
mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada
bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat.
b. Tidak
mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk
berpartisipasi.
c. Tidak
mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantifikasikan.
d. Perubahan
yang diinginkan MBO dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan masalah
dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai menjadi membantu
bawahan.
e. Kelemahan-Kelemahan
yang melekat (inherent) mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar
dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO, serta meningkatkan
banyaknya kertas kerja
f. Menyangkut
masalah pokok yang harus dikendalikan agar program MBO sukses :
1. Gaya
dan dukungan manajemen
2. Penyesuaian
dan perubagan MBO
3. Keterampilan-keterampilan
antar pribadi
4. Deskripsi
jabatan
5. Penetapan
dan pengorganisasian tujuan
6. Pengawasan
metoda pencapaian tujuan
7. Konflik
anatara kreativitas dan MBO
2.3 Prinsip
Manajemen Berdasarkan Orang
Manajemen berdasarkan
orang merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi
perilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan
organisasi.
Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul
sebagai akibat tuntutan lingkungan ekternal dan internal membawa implikasi
terhadap perubahan dan kelompok dan wilayahnya.
Manajer pada umumnya bekerja pada lingkungan yang selalu berubah. Perubahan perilaku
dan perubahan organisasi merupakan bagian esensial dari manajemen inovasi sebagai dampak globalisasi di berbagai bidang kehidupan. Dalam prinsip manajemen berdasarkan orang dibagi menjadi :
dan perubahan organisasi merupakan bagian esensial dari manajemen inovasi sebagai dampak globalisasi di berbagai bidang kehidupan. Dalam prinsip manajemen berdasarkan orang dibagi menjadi :
1.
Hakikat Perubahan
Perubahan adalah suatu proses yang menjadikan sesuatu
atau situasi yang berbeda dengan yang sudah ada. Perubahan itu bisa terjadi
pada orang, pada struktur, dan teknologi. Perubahan mempunyai tujuan yang
sifatnya penyesuaian diri dengan lingkungan agar tujuan organisasi sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat.
Perubahan yang terjadi
pada organisasi melibatkan berbagai komponen, misalnya tujuan, strategi,
manusia, struktur, dan teknologi yang saling berkaitan erat, sehingga perubahan
pada suatu komponen harus diikuti dengan perubahan pada komponen lainnya.
2.
Proses Perubahan
Dalam kenyataannya, proses perubahan itu tidak selamanya
lancar. Banyak hal yang memungkinkan perubahan
mengalami berbagai hambatan. Menurut teori Kekuatan Medan dari Kurt Lewin (James F. Stoner,1985) setiap
prilaku merupakan hasil keseimbangan antara kekuatan pendorong dengan kekuatan
penolak. Kekuatan pendorong dan kekuatan penolak bergerak kearah yang
berlawanan. Kurt Lewin melihat bahwa individu mengalami dua hambatan utama
melakukan perubahan, yaitu :
a. Tidak bersedia mengubah prilaku yang sudah mapan.
b. Perubahan hanya dalam waktu singkat (kembali ke pola prilaku
utama).
Untuk mengatasi hal itu
Lewin mengembangkan sebuah model proses perubahan yang terdiri dari tiga
langkah, yaitu :
|
|
|
Keterangan :
a. Tahap
Pencairan
Tahap pencairan mencangkup upaya membuat kebutuhan akan
perubahan secara gamblang sehingga individu, kelompok, atau organisasi dapat
dengan mudah memahami dan menerima perubahan.
b. Tahap
Pengubahan
Tahap pengubahan atau tindakan pemodifikasian organisasi yang
membutuhkan agen perubahan yang terlatih untuk membantu perkembanga nilai,
sikap dan prilaku baru selama proses pengidentifikasi nilai dan internalisasi.
c. Tahap
Pembekuan
Tahap pembekuan berarti mengukuhkan pola prilaku baru
(refreezing) melalui mekanisme pendukung atau penguat, sehingga menjadi norma
baru. Pada tahap ini, data dan informasi umpan balik merupakan aspek penting
untuk mengevaluasi dan lebih menyempurnakan tindakan perubahan.
3. Teknik
Perubahan
Salah
satu teknik yang sering digunakan dalam OD adalah Sensitivity Training atau
latihan kepekaan. Latihan kepekaan adalah suatu interaksi dalam kelompok kecil
yang terjadi dalam suasana yang tertekan, sehingga menuntut setiap orang untuk
peka terhadap perasaan orang lain sebagai usaha untuk menciptakan kegiatan
kelompok yang memadai. Dalam suasana seperti ini, mereka didorong untuk
melakukan penilaian mengenai konsepsi diri sendiri (selft concept) dan usaha
untuk mau mendengar pendapat dan merasakan perasaan orang lain.
Selanjutnya
Campbel dan Dunnete yang dikutip dari Ducan (dalam Adam Ibrahim. 1983)
mengemukakan enam butir hasil yang diharapkan dari latihan kepekaan yaitu :
a. Meningkatkan
pengertian, pemahaman, dan kepekaan terhadap prilaku sendiri.
b. Meningkatkan
pengertian dan kepekaan terhadap prilaku orang lain.
c. Lebih
mengerti dan memahi proses yang terjadi dalam antar kelompok.
d. Meningkatkan
keterampilan dalam mengadakan diagnosis situasi yang terdapat dalam kelompok.
e. Meningkatkan
kemampuan untuk menerjemahkan apa yang dipelajari kedalam bentuk tindakan
nyata.
f. Meningkatkan
kemampuan mengadakan hubungan antar manusi, sehingga dapat berinteraksi lebih
menyenangkan dan memuaskan.
2.4 Prinsip
Manajemen Berdasarkan Informasi
Perencanaan
pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang
pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan. Semua kegiatan tersebut
membutuhkan informasi. Informasi yang
dibutuhkan oleh manajer disediakan oleh suatu system informasi manajemen (Managemen
Information System atau MIS) yaitu suatu system yang menyediakan informasi
untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk
melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai.
2.5
Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen
sebagai suatu proses pelaksanaan administrasi dalam suatu instansi, merupakan
aktifitas yang continuou (terus-menerus) mulai dari perencanaan sampai
penilaian. Dalam proses pelaksanaannya manajemen pendidikan mempunyai
tugas-tugas yang harus diselesaikan, dalam manajemen kita kenal sebagai fungsi.
Adapun fungsi administrasi antara lain adalah :
a. Fungsi organik yaitu semua yang mutlak harus dikerjakan oleh administrator
atau manajer.
b. Fungsi pelengkap yaitu
semua fungsi meskipun tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, sebaiknya
dilaksanakan, karena pelaksanaan fungsi itu dengan baik akan meningkatkan
efisiensi dalam pelaksanaan tujuan yang efisien, ekonomis dan efektif.[1]
Fungsi
manajemen dalam hal ini menurut Prof. Dr. Oteng Sutisna dan Ngalim Purwanto
yang membagi fungsi manajemen meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah
suatu proses rangkain aktifitas untuk menetapkan terlebih dahulu tentang tujuan
yang diharapkan atau suatu jangka waktu tertentu atau periode waktu yang telah
ditetapkan, serta tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan. Seorang manajer harus melakukan aktifitas-aktifitas dalam
perencanaan antara lain : prakiraan ( forecasting ), penetapan tujuan
(establishing objective), pemrograman (programming), penjadwalan (scheduling),
penganggaran (budgeting), pengembangan prosedur (developping prosedure),
penetapan, dan penafsiran kebijakan (establishing and interpriting policies).
Perencanaan
pendidikan harus pula memperhatikan azas-azas yang menjamin kualitas,
sifat-sifat perencanaan, sumber-sumber perencanaan, dan fungsi perencanaan. Jadi
tanggung jawab perencanaan pendidikan tidak hanya terletak pada manajer tetapi
juga pada kekompakan dari masing-masing yang terkait.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah suatu proses dan rangkain aktifitas dalam pembagian pekerjaan yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan
hubungan antar pekerjaan yang efektif diantara mereka, dan pemberian iklim
serta fasilitas pekerjaan yang wajar, sehingga mereka bekerja secara efisien.
Agar
terkoordinasi dengan baik dalam menyusun kerja sama, maka perlu memperhatikan
prinsip-pinsip antara lain:
a.
Kesatuan tujuan
b.
Kedayagunaan
c.
Rentang manajemen
d.
Adanya mata rantai berjenjang
e.
Tanggung jawab
f.
Dwi tunggal wewenang dan tanggungjawab
g.
Kesatuan perintah
h.
Tingkatan wewenang
i.
Pembagian pekerjaan
j.
Kejelasan fungsi
k.
Azas keseimbangan
l.
Keluwesan
m.
Azas kesinambungan
n.
Azas kemudahan kepemimpinan.[2]
i.
Mengkordinasikan Kerja
Fungsi koordinasi
merupakan proses pengintegrasian tujuan dari kegiatan-kegiatan yang terpisah
disuatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien. Tujuan koordinasi
adalah menyatukan, integrasi dan sinkronisasi dalam proses manajemen dan
berjalan menurut rencana tepat dan efektif.
ii.
Pengkomunikasian
Komunikasi adalah proses penyaluran informasi, ide, penjelasan, pertanyaan
dari orang-orang dan kelompok-kelompok dalam suatu organisasi.
Ada empat alasan yang mengharuskan adanya komunikasi dalam organisasi antara
lain:
1. Adanya
kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian
2. Memperoleh
infomasi
3. Menguatkan
keyakinan tentang jalan yang ditempuh oleh organisasi
iii.
Mempergunakan wewenang fungsional.[3]
a. Pengawasan
Untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan pelayanan proses manajemen pendidikan, maka
diperlukan adanya pengawasan. Tanpa pengawasan akan sulit mengetahui program
yang belum dilaksanakan sama sekali. Dengan pengawasan yang seksama dapat
ditemukan kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan, kesalahan dalam bekerja untuk
menggunakan media dan sebagainya. Selain itu pengawasan merupakan suatu
tindakan pencegahan, tindakan yang bersifat prefentif.[4] Tindakan
pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengukur perbuatan.
2. Membandingkan perbuatan dengan standart yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan jika ada.
3. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembenahan.
b. Evaluasi
Sebagai
akhir dari suatu kegiatan, untuk mengetahui berhasil atau tidak, diperlukan
adanya penilain atau evaluasi. Meskipun evaluasi merupakan akhir dari suatu
program, namun bukan berarti setelah evaluasi kegiatan akan berakhir. Dengan
evaluasi dimungkinkan bisa melahirkan rencana yang lebih sempurna. Strategi
Manajemen Pendidikan Dalam Mengembangkan Pendidikan, pengembangan strategi
manajemen pendidikan sangatlah penting bagi peningkatan mutu pendidikan. Hal
ini dikarenakan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh manusia dan semakin
kompleksnya kehidupan. Dari sini,maka diperlukan pola-pola dan kiat-kiat
manajemen pendidikan supaya dapat menjawab tuntutan tersebut.
Adapun
model manajemen telah didefinisikan dalam 10 mega-tren SIKDIKNAS yang kondusif
meliputi:
1.
Komponen pendidikan dasar
2.
Komponen kurikulum
3.
Komponen proses belajar
4.
Komponen tenaga kependidikan
5.
Komponen pendidikan dan latihan
6.
Komponen pendidikan tinggi
7.
Komponen pendidikan berkelanjutan
8.
Komponen pembiayaan pendidikan
9.
Komponen disentralisasi dan partisipasi
masyarakat
10.
Komponen pengelolaan sisdiknas.[5]
Dikatakan oleh
Soekarno K. bahwa supaya manajemen dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya, sangatlah
diperlukan adanya tools (sarana, alat dan unsur manajemen). Alat-alat manajemen
pendidikan adalah:
1. Men : Tenaga manusia digerakkan
2. Money : Dana yang diperlukan untuk mencapainya
3. Methods : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan
4. Material : Bahan-bahan sebagai sumberdaya pendidikan
yang mencapai tujuan pendidikan.
5. Machines : Mesin-mesin yang siperlukan
6.
Market
: Pasaran, tempat untuk melempar hasil produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip
adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan
pedoman pemikiran dan tindakan. Prinsip sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar
dalam bidang ilmu tersebut. Prinsip-prinsip dalam manajemen bisa dikatagorikan
menjadi tiga yaitu : prinsip manajemen
berdasarkan sasaran (MBS), prinsip manajemen berdasarkan informasi, prinsip manajemen
berdasarkan orang.
Manajemen
sebagai suatu proses pelaksanaan administrasi dalam suatu instansi, merupakan
aktifitas yang continuou (terus-menerus) mulai dari perencanaan sampai
penilaian. Dalam proses pelaksanaannya manajemen pendidikan mempunyai
tugas-tugas yang harus diselesaikan, dalam manajemen kita kenal sebagai fungsi.
Fungsi koordinasi
merupakan proses pengintegrasian tujuan dari kegiatan-kegiatan yang terpisah
disuatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien. Tujuan koordinasi adalah
menyatukan, integrasi dan sinkronisasi dalam proses manajemen dan berjalan
menurut rencana tepat dan efektif.
3.2 Saran
Saran kami sebagai penulis
adalah hendaknya dalam sebuah manajemen setiap pelakunya harus menyelesaikan
tugasnya dengan baik, dengan manajemen yang baik, pasti segala aktivitas yang
berpengaruh terhadap
manajemen itu, akan berjalan dengan baik pula.
Bagi pembaca, ilmu tentang manajemen itu sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan instansi mana pun,
hendaknya pembaca selalu
menambah ilmu mengenai manajemen.
Daftar Pustaka
Hedyat
Soetopo.Prilaku Organisasi.Rodakarya.Bandung:2012
Hentinu Dja’far.Administrasi
Pendidikan.Kopertais Wilayah IV IAIN Sunan Ampel.1990
Rifai M. Moh. Administrasi
dan Suprvisi Pendidikan.Jemmars,Bandung:1982
Siagian,Sondang P. Filsafat
Administrasi.Haji Masagung.Jakarta:1989
Suryadi.Manajemen
Mutu Berbasis Sekolah.PT.Sarana Panca Karya Nusa.Bandung:2009
[2] . Dja’far Hentinu, administrasi pendidikan, Kopertais Wilayah IV IAIN Sunan
Ampel, 1990, hal. 12