BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1.
Provinsi
Bangka Belitung
Provinsi
Bangka Belitung secara geografis berada di selatan pulau sumatra, BABEL
merupakan wilayah yang dikelilingi oleh laut maupun selat, yaitu sebelah utara
berbatasan dengan laut Natuna, sebelah timur dengan selat Karimata, sebelah
selatan dengan laut Jawa, dan sebelah barat dengan selat Bangka. Bangka
Belitung merupakan wilayah yang terkenal dengan hasil timahnya sejak abad
ke-16, yang dikenal sebagai Muntok White Paper.
Provinsi
BaBel ini merupakan provinsi yang memiliki keindahan alam yang bagus, dengan
objek wisata pantainya yang sudah dikenal oleh mancanegara, di bangka belitung
pantainya berpasir putih dan banyak
terdapat batu-batu granit raksasa. Keragaman etnis dan harmoni penduduknya
menjadi salah satu daya tarik, disamping keanekaragaman budaya dan keindahan
alamnya, serta peninggalan-peninggalan sejarah bawah lautnya
2.
Museum
Graha Widya Patra (Museum Minyak Dan Gas Bumi)
Pentingnya akan pemahaman terhadap minyak gas yang dimana merupakan
salah satu energi yang tidak dapat diperbaharui merupakan salah satu hal wajib
yang perlu masyarakat banyak tau untuk itu pada saat Konvensi Indonesian
Petroleum Assosiation ke XIV pada tanggal 8 Oktober 1985 dan bertepatan dengan
peringatan 100 tahun usaha pertambangan minyak dan gas maka dibuatlah museum
Graha Widya Patra.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana
kondisi Geografi Bangka Belitung ?
2)
Sejarah
Bangka Belitung ?
3)
Bagaimana
kondisi sosial budaya Bangka Belitung ?
4)
Bagaimanakah
sejarah perkembangan Minyak Bumi dan Gas di Indonesia ?
5)
Bagaimanakah
proses produksi Minyak Bumi dan Gas ?
C.
Tujuan Observasi
1)
Untuk
menjelaskan Kondisi Geografi Bangka Belitung
2)
Untuk
menjelaskan objek-objek wisata di Bangka Belitung
3)
Untuk
menjelaskan kebudayaan-kebudayaan masyarakat Bangka Belitung
4)
Untuk
menjelaskan kondisi perekonomian masyarakat Bangka Belitung
5)
Untuk
menjelaskan sejarah perkembangan Minyak Bumi dan Gas di Indonesia
6)
Untuk
menjelaskan proses produksi Minyak Bumi dan Gas
D.
Tempat dan waktu pelaksanaan Observasi
Observasi
lapangan ini dilaksanakan pada hari sabtu 12 mei 2012 di Taman Mini Indonesia
Indah pada pukul 11.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB
BAB II
BANGAKA BELITUNG
A.
Kondisi Geografi Bangka Belitung
Letak wilayah Bangka Belitung
1.
Letak
Geografis
Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur Sumatera
Selatan, berbatasan dengan Laut China Selatan di sebelah utara, Pulau Belitung di timur dan Laut Jawa di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107°
Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Pulau ini
terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit terdapat
hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan
pulau Bangka tidak begitu berbeda dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya dibandingkan dengan daerah lain adalah
pantainya yang landai berpasir putih dengan dihiasi hamparan batu granit.
2. Luas Wilayah
Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2.950,68 km², dengan jumlah
penduduk tahun 2010 sebanyak 1.223.296 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 602.106 jiwa (49,22%) dan di daerah
pedesaan sebanyak 621.190 jiwa (50,78%). Batas wilayah Kabupaten Bangka adalah
sebagai berikut :
·
Sebelah
barat berbatasan dengan Bangka Barat, selat Kerabat
3. Kondisi Topografi
Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan
dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas
permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras
mencapai 699 meter di Kecamatan Belinyu (P. Bangka), Gunung Tajam Kaki
ketinggiannya kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut di Pulau Belitung.
Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya
mencapai kurang lebih 445 meter di Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan
ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Pangkalan
Baru.
Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai PH atau
reaksi tanah yang asam rata-rata dibawah 5, akan tetapi memiliki kandungan
aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral biji timah
dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat
dan lain-lain. Keadaan tanah terdiri dari:
§
Podsolik dan Litosol:
Warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik masam yang
terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan, kuarsa, batu granit, kaolin,
tanah liat dan lain-lain.
§
Asosiasi Podsolik:
Warnanya coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk kompleks batu pasir
kwarsit dan batuan plutonik masam.
§
Asosiasi Aluvial,
Hedromotif dan Clay Humus serta regosol: Berwarna kelabu muda, berasal dari
endapan pasir dan tanah liat.
4. Keadaan Musim
Kepulauan Bangka
Belitung memiliki Iklim tropis dengan musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai bulan
April. Musim penghujan dan kemarau di pulau tersebut dipengaruhi oleh dua musim
angin yaitu angin muson Barat dan angin muson Tenggara, angin muson barat yang
basah terjadi pada bulan November, Desember, dan Januari yang mempengaruhi
bagian utara pulau Bangka, sedangkan angin muson tenggara yang datangnya dari
laut Jawa mempengaruhi cuaca bagian selatan pulau Bangka.
Daerah Kepulauan Bangka
Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara
keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari
bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda
Shelf) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter.
Sebagai daerah perairan,
Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan, yaitu perairan terbuka
dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau
Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan pulau Bangka. Sedangkan
perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka dan teluk Kelabat di Bangka
Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya bersifat perairan
terbuka.
Di samping sebagai
daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak
sungai seperti : sungai Baturusa, sungai Buluh, sungai Kotawaringin, sungai Kampa, sungai Layang, sungai Manise dan sungai Kurau.
B. Sejarah Bangka Belitung
Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka
berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi
dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai
"Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824,
terjadi peralihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH.
Court (Inggris) dengan K. Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816. Kekuasaan Belanda mendapat perlawanan Depati Barin dan putranya Depati
Amir yang di kenal sebagai perang Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang
Depati Amir menyebabkan Depati Amir diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2 Desember 1933 pada tanggal 11 Maret 1933 di bentuk Resindetil Bangka Belitung Onderhoregenheden yang dipimpin
seorang residen Bangka Belitung dengan 6 Onderafdehify yang di pimpin oleh Ast.
Residen. Di Pulau Bangka terdapat 5 Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5
Karesidenan sedang di Pulau Belitung terdapat 1 Karesidenan. Di zaman
Jepang, Karesidenan Bangka Belitung di
perintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk
Dewan Bangka Sementara pada 10 Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi menjadi Dewan Bangka yang
diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang dilantik Belanda pada 11 November1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau
bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu
bagian dalam Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22
Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah
Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan
oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai
Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang berkedudukan di
Pangkalpinang.
Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4
tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung berada di Sumatera Selatan
yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil Pangkalpinang. Berdasarkan
UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota Praja. Pada tanggal 13 Mei
1971 Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat sebagai ibukota Kabupaten Bangka.
Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka
dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya
sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi Kepualauan Bangka Belitung mengalami
pemekaran wilayah dengan menambah 4 Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka
Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan Bangka Selatan.
C. Sosial Budaya
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni
orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses
kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai
pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka.
Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung
dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan
Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka.
Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan.
Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka
datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari
Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur
dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang
Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang
sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka
Belitung.
Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun
seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara
lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang
beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang
dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan
presentase sebesar 89,00 persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha
sebesar 4,24 persen, agama Kristen Protestan sebesar 1,8 persen, agama Katholik
sebesar 1,2 persen, agama Hindu 0,09, Khong Hu Chu 3,25 dan lainnya0,41 persen.
Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak
722 mesjid, 445 mushola, 120 langgar, 161 gereja protestan, 31
gereja katholik, 63 vihara dan 11 centiya.
D. Kependudukan dan Ekonomi
Jumlah
penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2006 sebesar 1.074.775
jiwa (hasil Susenas 2006) menunjukkan peningkatan 1,19 persen dari tahun 2000
dengan jumlah penduduk sebesar 899.095 jiwa (hasil Sensus Penduduk 2000). Laju
pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditinjau menurut
kabupaten/kota untuk periode tahun 1990/2000, laju pertumbuhan tertinggi
terdapat di Kabupaten Bangka 1,06 persen, diikuti Kota Pangkalpinang 1,03
persen dan Kabupaten Belitung 0,59 persen. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mencapai 64 orang per km2, apabila dilihat menurut
kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu
sebesar 1.683 orang per km2 dan Kabupaten Belitung Timur memiliki tingkat
kepadatan terendah yaitu 35 orang per km2
JUMLAH PENDUDUK DI
PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG
KAB/KOTA
|
RUMAH TANGGA
|
PENDUDUK
|
JUMLAH
|
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
|||
Bangka
|
62.832
|
134.081
|
122.143
|
256.224
|
Bangka
Barat
|
38.944
|
80.219
|
72.077
|
152.296
|
Bangka
Tengah
|
33.216
|
71.410
|
66.851
|
138.261
|
Bangka
Selatan
|
36.320
|
79.902
|
73.972
|
153.874
|
Belitung
|
34.832
|
68.816
|
66.003
|
134.819
|
Belitung
Timur
|
22.896
|
45.115
|
42.518
|
88.633
|
Pangkalpinang
|
35.872
|
77.226
|
73.442
|
150.668
|
Jumlah
|
264.912
|
557.769
|
517.006
|
1.074.775
|
E. Tenaga Kerja
Jumlah
penduduk Kepulauan Bangka Belitung usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk
Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2006 sebanyak 751.386 jiwa atau 69.91
persen dari total penduduk. Sebesar 62.37 persen dari PUK termasuk dalam
penduduk angkatan kerja (bekerja dan/atau mencari kerja) dan sisanya 37.63 persen
adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, lainnya).
Penduduk
usia kerja yang bekerja apabila dilihat dari sektor lapangan pekerjaan tampak
bahwa sebesar 28.80 persen penduduk usia kerja yang bekerja terserap di sektor
pertanian, 30.60 persen terserap di sektor pertambangan dan sektor perdagangan
menyerap 16.10 persen.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Pada tahun 2010, PDRB atas dasar
harga berlaku di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan migas sebesar
25.705.626 juta rupiah sedangkan PDRB tanpa migas sebesar
25.083.739 juta rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku
dengan migas adalah 22.982.018 juta rupiah dan PDRB tanpa migas sebesar
22.418.817 juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2010 baik
dengan migas maupun tanpa migas menunjukkan peningkatan.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu
indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dengan migas pada tahun 2010 sebesar 5,85 persen dan
pertumbuhan ekonomi tanpa migas adalah sekitar 5,87 persen. Nilai PDRB
atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2010 dengan migas adalah 10.866.811
juta rupiah, sementara tanpa migas 10.689.068 juta rupiah.
STRUKTUR EKONOMI
Perekonomian di Provinsi Kepulau Bangka Belitung tahun 2010
ditopang terutama oleh sektor primer (36,21 persen) dan sektor tersier (34,68
persen). Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan
penggalian yang mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar
18,74 persen dan 17,47 persen.Sedangkan pada sektor tersier yaitu terdiri
dari perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan,real
estate dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Kontribusi nya masing-masing sebesar
17,85 persen, 3,41 persen, 2,49 persen dan 10,92 persen.
PDRB PER KAPITA
PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan
penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di
suatu wilayah. Pada tahun 2010, PDRB perkapita penduduk berdasarkan harga
berlaku di wilayah ini dengan migas sebesar Rp. 21.013.414 sedangkan tanpa
migas sebesar Rp. 20.451.913.
BAB III
MUSEUM GRAHA WIDYA PATRA (MIGAS)
A.
Awal Penemuan dan Pemanfaatan Minyak Bumi di Indonesia
Sebenarnya perintis industri perminyakan di Indonesia adalah Aeilko
Jans Ziijlker yang menemukan dan memproduksi minyak secara komersial pertama
kali pada tanggal 15 Juni 1885, dari sebuah sumur minyak bernama Telaga Tunggal
1. Kira-kira 10 KM dari Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Penemuan minyak bumi
di Indonesia ini hanya berbeda selama 26 tahun
setelah Kolonel Drake menemukan minyak bumi di Pennsylvania, Amerika
Serikat pada tahun 1859.
B.
Terbentuknya Minyak dan Gas Bumi
Para ilmuan berpendapat bahwa diantara banyak teori, teori yang
menyatakan bahwa migas terjadi dari bahan-bahan organic merupakan teori yang
paling banyak diyakini. Teori ini mengatakan bahwa beribu-ribu bahkan
berjuta-juta tahun lalu, bahan-bahan organic yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
binatang dan jasad renik (mikroorganisme) terangkut oleh angin, air atau sungai
dan terendapkan dilaut, rawa atau danau. Tumpukan mikroorganisme ini makin lama
makin banyak bercampur dengan batuan sedimen yang ikut terangkut bersamanya,
akibatnya tumpukan ini makin lama makin tebal dan terisolir dari pengaruh udara
luar. Akibat tekanan yang semakin lama semakin besar dan suhu yang tinggi,
serta dalam suatu kurun waktu yang lama, maka mikroorganisme tadi berubah
bentuk menjadi minyak atau gas bumi. Migas bermigrasi atau bergerak keatas dan
terjebak, kemudian terakumulasi di batuan reservoir. Dengan demikian Migas bisa
ditemukan di darat maupun di laut.
C.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu tahapan pencarian sumber migas di suatu daerah dengan upaya
cara jebakan atau perangkap didalam kerak bumi. Untuk dapat mengetahui secara
pasti keberadaan akumulasi minyak atau gas bumi didalam kerak bumi, diperlukan
beberapa kegiatan, antara lain:
1.
Pemetaan
Topografi, Foto
Udara, Side Looking Airbone Radar (SLAR), Foto Satelit.
2.
Geologi
Lapangan
Untuk
menentukan penyebaran batuan, melakukan pengukuran kemiringan pada lapisan
batuan, menentukan umur, jenis, dan komposisi batuan serta sruktur geologi.
3.
Geofisika
Untuk
mendapatkan gambaran struktur geologi bahwa permukaan di cekungan sedimen dan
mencari jebakan migas dengan cara : Metoda Magnetik, Metoda Gravitasi dan
Metoda Seismik.
4.
Pemboran
Eksplorasi
Suatu kegiatan
pemboran untuk mengetahui keberadaan migas yang terjebak dan terakumulasi di
dalam batuan reservoir.
D.
Eksploitasi
Suatu kegiatan pemboran pengembangan apabila pada saat pemboran
eksplorasi menemukan migas, kemudian dilakukan pemboran deliniasi dan pemboran
pengembangan. Tujuan pemboran ini, untuk mengetahui penyebaran dan jumlah migas
yang terakumulasi dalam batuan reservoar di suatu daerah (lapangan), juga sifat
dan karakteristik batuan reservoar itu sendiri, agar dapat ditentukan jumlah
produksi migas per hari.
E.
Proses Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
1.
Minyak Bumi
a.
Komponen Minyak Bumi
Komponen utama minyak dan gas bumi adalah unsure karbon (C) dan
unsur Hidrogen (H) sehingga dikenal sebagai senyawa Hidrokarbon. Selain Karbon
dan Hidrogen, minyak bumi biasanya juga mengandung sedikit unsure belerang (S),
Nitrogen (N), Oksigen (O) dan logam seperti besi (F), vanadium (V) dan Nikel
(Ni).
b.
Proses Pengolahan
Proses pengolahan minyak bumi terdiri dari:
1)
Pengolahan
tahap pertama atau utama (primary processing)
Pengolahan tahap pertama berupa proses distilasi yang pada
hakekatnya adalah proses pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksi minyak
bumi berdasarkan titik didih fraksi-fraksi tersebut.
2)
Pengolahan
tahap kedua atau lanjutan (secondary processing)
Pengolahan tahap kedua atau lanjut merupakan proses-proses lanjutan
untuk mengolah produk atau hasil yang diperoleh melalui pengolahan tahap
pertama, sehingga menghasilkan produk-produk akhir dengan jenis, mutu dan
spesifikasi yang sesuai permintaan pasar.
c.
Hasil Pengolahan Minyak dan Bumi
1)
Kelompok
BBM (Bahan Bakar Minyak):
Avgas, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Avtur, Kerosin, Ado
(Automotif Diesel Oil), IDO (Industrial Diesel Oil), IFO (Industrial Fuel Oil).
2)
Kelompok
Non-BBM:
Gas (LPG), Pelumas, Lilin< Cat, Aspal.
3)
Kelompok
Petrokimia:
Paraksilena, Metanol, dan PTA (Purified Terephthalic Acid).
2.
Gas Bumi
Gas
Bumi adalah senyawa hidrokarbon ringan berupa gas yanf terakumulasi dalam
batuan reservoar.
Di
alam terdapat 3 jenis gas bumi:
a.
Associated gas,
yaitu gas yang didalam reservoar terlarut dalam minyak bumi sehingga berbentuk
cair, gas ini dihasilkan sebagai gas ikutan pada produksi minyak bumi. Gas ini
dapat dimanfaatkan untuk mendorong minyak keatas dari dalam bumi.
b.
Non Associated gas,
yaitu gas yang didalam reservoir sudah berbentuk gas. Gas ini merupakan hasil
dari dari sumur gas bumi dan biasanya baru diproduksikan bila pemanfaatannya
sudah jelas
c.
Kondensat, yaitu gas
yang didalam reservoir berbentuk gas, namun setelah sampai dipermukaan karena
terpengaruh perbedaan tekanan dan suhu, berubah menjadi cair.
1)
LPG ( Liquefied Petroleum Gas)
LPG merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran hidrokarbon
dengan propane (C3H8) dan buatan (C4H10) sekitar 99% yang dicairkan. Elpiji
(LPG) adalah merk dagang Liquefied Petroleum Gas yang dipasarkan di Indonesia.
LPG sebagai bahan bakar lebih menguntungkan karena:
a) Pembakarannya sempurna, jadi tidak berasap
b) Tidak berjelaga, sehingga dapur dan alat-alatnya tetap bersih
c) Tidak menimbulkan polusi, sehingga merupakan energy bersih dan
ramah lingkungan.
2)
LNG (Liquefied Natural Gas)
LNG adalah gas bumi yang dicairkan. Natural gas (gas alam atau gas
bumi) adalah campuran hidrokarbon (HC) ringan (C1C1) yang berasal dari dalam
bumi berupa gas dengan komposisi utama kurang lebih 85% metana (CH4), kurang
lebih 10% etana (C2H6).
Gas bumi merupakan gas yang tak berwarna, tak berbau dan mudah
terbakar.
Keuntungan LNG
a)
LNG
dapat disimpan dalam bentuk cair dengan volume yang kecil dan mudah diuapkan
kembali
b)
LNG
merupakan bahan bakar bersih sehingga ramah lingkungan
c)
LNG
mempunyai nilai kalor tinggi, sehingga lebih ekonomis
d)
LNG
seperti halnya gas bumi, dapat dijadikan bahan baku untuk industri petrokimia.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Bangka
Belitung ini merupakan provinsi yang memiliki
keindahan alam yang bagus, dengan objek wisata pantainya yang sudah dikenal
oleh mancanegara, di bangka belitung pantainya berpasir putih dan banyak terdapat batu-batu granit raksasa.
Keragaman etnis dan harmoni penduduknya menjadi salah satu daya tarik, disamping
keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya, serta peninggalan-peninggalan
sejarah bawah lautnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa BaBel merupakan
Provinsi yang memiliki beragam objek wisata, baik wisata pantainya samapai
dengan wisata budayanya yang sangat beragam dengan berbagai macam suku berkumpul
dan harmonis.
B.
Museum Minyak dan Gas
Migas
merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara
serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak, migas
mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, sehingga pengelolaannya
harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Biro humas museum Graha Widya Patra, “Lembar Informasi: Museum Minyak Dan Gas Bumi Taman Mini Indonesia
Indah”. Jakarta: Biro humas museum Graha Widya Patra, 2006.
Biro Humas provinsi
Bangka Belitung (2010).
0 komentar:
Posting Komentar