Kamis, 04 Oktober 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
1.      Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Bangka Belitung secara geografis berada di selatan pulau sumatra, BABEL merupakan wilayah yang dikelilingi oleh laut maupun selat, yaitu sebelah utara berbatasan dengan laut Natuna, sebelah timur dengan selat Karimata, sebelah selatan dengan laut Jawa, dan sebelah barat dengan selat Bangka. Bangka Belitung merupakan wilayah yang terkenal dengan hasil timahnya sejak abad ke-16, yang dikenal sebagai Muntok White Paper.
Provinsi BaBel ini merupakan provinsi yang memiliki keindahan alam yang bagus, dengan objek wisata pantainya yang sudah dikenal oleh mancanegara, di bangka belitung pantainya berpasir putih dan  banyak terdapat batu-batu granit raksasa. Keragaman etnis dan harmoni penduduknya menjadi salah satu daya tarik, disamping keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya, serta peninggalan-peninggalan sejarah bawah lautnya

2.      Museum Graha Widya Patra (Museum Minyak Dan Gas Bumi)
Pentingnya akan pemahaman terhadap minyak gas yang dimana merupakan salah satu energi yang tidak dapat diperbaharui merupakan salah satu hal wajib yang perlu masyarakat banyak tau untuk itu pada saat Konvensi Indonesian Petroleum Assosiation ke XIV pada tanggal 8 Oktober 1985 dan bertepatan dengan peringatan 100 tahun usaha pertambangan minyak dan gas maka dibuatlah museum Graha Widya Patra.
B.     Rumusan Masalah
1)      Bagaimana kondisi Geografi Bangka Belitung ?
2)      Sejarah Bangka Belitung ?
3)      Bagaimana kondisi sosial budaya Bangka Belitung ?
4)      Bagaimanakah sejarah perkembangan Minyak Bumi dan Gas di Indonesia ?
5)      Bagaimanakah proses produksi Minyak Bumi dan Gas ?
C.    Tujuan Observasi
1)      Untuk menjelaskan Kondisi Geografi Bangka Belitung
2)      Untuk menjelaskan objek-objek wisata di Bangka Belitung
3)      Untuk menjelaskan kebudayaan-kebudayaan masyarakat Bangka Belitung
4)      Untuk menjelaskan kondisi perekonomian masyarakat Bangka Belitung
5)      Untuk menjelaskan sejarah perkembangan Minyak Bumi dan Gas di Indonesia
6)      Untuk menjelaskan proses produksi Minyak Bumi dan Gas
D.    Tempat dan waktu pelaksanaan Observasi
Observasi lapangan ini dilaksanakan pada hari sabtu 12 mei 2012 di Taman Mini Indonesia Indah pada pukul 11.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB


BAB II
BANGAKA BELITUNG

A.    Kondisi Geografi Bangka Belitung
Letak wilayah Bangka Belitung
1.      Letak Geografis
Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur Sumatera Selatan, berbatasan dengan Laut China Selatan di sebelah utara, Pulau Belitung di timur dan Laut Jawa di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Pulau ini terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak begitu berbeda dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya dibandingkan dengan daerah lain adalah pantainya yang landai berpasir putih dengan dihiasi hamparan batu granit.
2.      Luas Wilayah
Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2.950,68 km², dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 1.223.296 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 602.106 jiwa (49,22%) dan di daerah pedesaan sebanyak 621.190 jiwa (50,78%). Batas wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
·         Sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna
·         Sebelah timur berbatasan dengan Laut Natuna dan SelatGaspar
·         Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Pangkal Pinang
·         Sebelah barat berbatasan dengan Bangka Barat, selat Kerabat

3.      Kondisi Topografi
            Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter di Kecamatan Belinyu (P. Bangka), Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut di Pulau Belitung. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter di Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Pangkalan Baru.
Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata dibawah 5, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Keadaan tanah terdiri dari:
§  Podsolik dan Litosol: Warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik masam yang terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan, kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain.
§  Asosiasi Podsolik: Warnanya coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk kompleks batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam.
§  Asosiasi Aluvial, Hedromotif dan Clay Humus serta regosol: Berwarna kelabu muda, berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
4.      Keadaan Musim
Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis dengan musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April. Musim penghujan dan kemarau di pulau tersebut dipengaruhi oleh dua musim angin yaitu angin muson Barat dan angin muson Tenggara, angin muson barat yang basah terjadi pada bulan November, Desember, dan Januari yang mempengaruhi bagian utara pulau Bangka, sedangkan angin muson tenggara yang datangnya dari laut Jawa mempengaruhi cuaca bagian selatan pulau Bangka.
Daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter.
Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan, yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka dan teluk Kelabat di Bangka Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka.
Di samping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak sungai seperti : sungai Baturusasungai Buluhsungai Kotawaringinsungai Kampasungai Layangsungai Manise dan sungai Kurau.
B.     Sejarah Bangka Belitung
Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai "Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi peralihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris) dengan K. Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816. Kekuasaan Belanda mendapat perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang di kenal sebagai perang Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2 Desember 1933 pada tanggal 11 Maret 1933 di bentuk Resindetil Bangka Belitung Onderhoregenheden yang dipimpin seorang residen Bangka Belitung dengan 6 Onderafdehify yang di pimpin oleh Ast. Residen. Di Pulau Bangka terdapat 5 Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5 Karesidenan sedang di Pulau Belitung terdapat 1 Karesidenan. Di zaman Jepang,   Karesidenan Bangka Belitung di perintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk Dewan Bangka Sementara pada 10 Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi menjadi Dewan Bangka yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang dilantik Belanda pada 11 November1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang.
Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota Praja. Pada tanggal 13 Mei 1971 Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat sebagai ibukota Kabupaten Bangka. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi Kepualauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah dengan menambah 4 Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan Bangka Selatan.

C.    Sosial Budaya
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka. Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka. Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka Belitung.
Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan presentase sebesar 89,00 persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha sebesar 4,24 persen, agama Kristen Protestan sebesar 1,8 persen, agama Katholik sebesar 1,2 persen, agama Hindu 0,09, Khong Hu Chu 3,25 dan lainnya0,41 persen. Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak  722  mesjid, 445 mushola, 120 langgar, 161 gereja protestan, 31  gereja katholik, 63 vihara dan 11 centiya.
D.    Kependudukan dan Ekonomi
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2006 sebesar 1.074.775 jiwa (hasil Susenas 2006) menunjukkan peningkatan 1,19 persen dari tahun 2000 dengan jumlah penduduk sebesar 899.095 jiwa (hasil Sensus Penduduk 2000). Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditinjau menurut kabupaten/kota untuk periode tahun 1990/2000, laju pertumbuhan tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka 1,06 persen, diikuti Kota Pangkalpinang 1,03 persen dan Kabupaten Belitung 0,59 persen. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 64 orang per km2, apabila dilihat menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 1.683 orang per km2 dan Kabupaten Belitung Timur memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 35 orang per km2
JUMLAH PENDUDUK DI PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG
KAB/KOTA
RUMAH TANGGA
PENDUDUK
JUMLAH
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Bangka
62.832
134.081
122.143
256.224
Bangka Barat
38.944
80.219
72.077
152.296
Bangka Tengah
33.216
71.410
66.851
138.261
Bangka Selatan
36.320
79.902
73.972
153.874
Belitung
34.832
68.816
66.003
134.819
Belitung Timur
22.896
45.115
42.518
88.633
Pangkalpinang
35.872
77.226
73.442
150.668
Jumlah
264.912
557.769
517.006
1.074.775
Sumber : Bangka Dalam Angka 2006

E.     Tenaga Kerja

Jumlah penduduk Kepulauan Bangka Belitung usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2006 sebanyak 751.386 jiwa atau 69.91 persen dari total penduduk. Sebesar 62.37 persen dari PUK termasuk dalam penduduk angkatan kerja (bekerja dan/atau mencari kerja) dan sisanya 37.63 persen adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, lainnya).
Penduduk usia kerja yang bekerja apabila dilihat dari sektor lapangan pekerjaan tampak bahwa sebesar 28.80 persen penduduk usia kerja yang bekerja terserap di sektor pertanian, 30.60 persen terserap di sektor pertambangan dan sektor perdagangan menyerap 16.10 persen.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Pada tahun 2010, PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan migas sebesar 25.705.626  juta rupiah sedangkan PDRB tanpa migas sebesar  25.083.739 juta rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas adalah 22.982.018 juta rupiah dan PDRB tanpa migas sebesar 22.418.817 juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2010 baik dengan migas maupun tanpa migas menunjukkan peningkatan.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan migas pada tahun 2010 sebesar 5,85 persen dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas adalah sekitar 5,87  persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2010 dengan migas adalah 10.866.811 juta rupiah, sementara tanpa migas 10.689.068 juta rupiah.
STRUKTUR EKONOMI
Perekonomian di Provinsi Kepulau Bangka Belitung tahun 2010 ditopang terutama oleh sektor primer (36,21 persen) dan sektor tersier (34,68 persen). Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar  18,74 persen dan 17,47 persen.Sedangkan pada sektor tersier yaitu terdiri dari perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan,real estate dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Kontribusi nya masing-masing sebesar 17,85 persen, 3,41 persen, 2,49 persen dan 10,92 persen.
PDRB PER KAPITA
PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Pada tahun 2010, PDRB perkapita penduduk berdasarkan harga berlaku di wilayah ini dengan migas sebesar Rp. 21.013.414 sedangkan tanpa migas sebesar Rp. 20.451.913.
           
BAB III
MUSEUM GRAHA WIDYA PATRA (MIGAS)

A.    Awal Penemuan dan Pemanfaatan Minyak Bumi di Indonesia
Sebenarnya perintis industri perminyakan di Indonesia adalah Aeilko Jans Ziijlker yang menemukan dan memproduksi minyak secara komersial pertama kali pada tanggal 15 Juni 1885, dari sebuah sumur minyak bernama Telaga Tunggal 1. Kira-kira 10 KM dari Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Penemuan minyak bumi di Indonesia ini hanya berbeda selama 26 tahun  setelah Kolonel Drake menemukan minyak bumi di Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1859.

B.     Terbentuknya Minyak dan Gas Bumi
Para ilmuan berpendapat bahwa diantara banyak teori, teori yang menyatakan bahwa migas terjadi dari bahan-bahan organic merupakan teori yang paling banyak diyakini. Teori ini mengatakan bahwa beribu-ribu bahkan berjuta-juta tahun lalu, bahan-bahan organic yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan jasad renik (mikroorganisme) terangkut oleh angin, air atau sungai dan terendapkan dilaut, rawa atau danau. Tumpukan mikroorganisme ini makin lama makin banyak bercampur dengan batuan sedimen yang ikut terangkut bersamanya, akibatnya tumpukan ini makin lama makin tebal dan terisolir dari pengaruh udara luar. Akibat tekanan yang semakin lama semakin besar dan suhu yang tinggi, serta dalam suatu kurun waktu yang lama, maka mikroorganisme tadi berubah bentuk menjadi minyak atau gas bumi. Migas bermigrasi atau bergerak keatas dan terjebak, kemudian terakumulasi di batuan reservoir. Dengan demikian Migas bisa ditemukan di darat maupun di laut.

C.    Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu tahapan pencarian  sumber migas di suatu daerah dengan upaya cara jebakan atau perangkap didalam kerak bumi. Untuk dapat mengetahui secara pasti keberadaan akumulasi minyak atau gas bumi didalam kerak bumi, diperlukan beberapa kegiatan, antara lain:
1.      Pemetaan
Topografi, Foto Udara, Side Looking Airbone Radar (SLAR), Foto Satelit.
2.      Geologi Lapangan
Untuk menentukan penyebaran batuan, melakukan pengukuran kemiringan pada lapisan batuan, menentukan umur, jenis, dan komposisi batuan serta sruktur geologi.
3.      Geofisika
Untuk mendapatkan gambaran struktur geologi bahwa permukaan di cekungan sedimen dan mencari jebakan migas dengan cara : Metoda Magnetik, Metoda Gravitasi dan Metoda Seismik.
4.      Pemboran Eksplorasi
Suatu kegiatan pemboran untuk mengetahui keberadaan migas yang terjebak dan terakumulasi di dalam batuan reservoir.

D.    Eksploitasi
Suatu kegiatan pemboran pengembangan apabila pada saat pemboran eksplorasi menemukan migas, kemudian dilakukan pemboran deliniasi dan pemboran pengembangan. Tujuan pemboran ini, untuk mengetahui penyebaran dan jumlah migas yang terakumulasi dalam batuan reservoar di suatu daerah (lapangan), juga sifat dan karakteristik batuan reservoar itu sendiri, agar dapat ditentukan jumlah produksi migas per hari.

E.     Proses Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
1.      Minyak Bumi
a.      Komponen Minyak Bumi
Komponen utama minyak dan gas bumi adalah unsure karbon (C) dan unsur Hidrogen (H) sehingga dikenal sebagai senyawa Hidrokarbon. Selain Karbon dan Hidrogen, minyak bumi biasanya juga mengandung sedikit unsure belerang (S), Nitrogen (N), Oksigen (O) dan logam seperti besi (F), vanadium (V) dan Nikel (Ni).
b.      Proses Pengolahan
Proses pengolahan minyak bumi terdiri dari:
1)      Pengolahan tahap pertama atau utama (primary processing)
Pengolahan tahap pertama berupa proses distilasi yang pada hakekatnya adalah proses pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didih fraksi-fraksi tersebut.
2)      Pengolahan tahap kedua atau lanjutan (secondary processing)
Pengolahan tahap kedua atau lanjut merupakan proses-proses lanjutan untuk mengolah produk atau hasil yang diperoleh melalui pengolahan tahap pertama, sehingga menghasilkan produk-produk akhir dengan jenis, mutu dan spesifikasi yang sesuai permintaan pasar.

c.       Hasil Pengolahan Minyak dan Bumi
1)      Kelompok BBM (Bahan Bakar Minyak):
Avgas, Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Avtur, Kerosin, Ado (Automotif Diesel Oil), IDO (Industrial Diesel Oil), IFO (Industrial Fuel Oil).
2)      Kelompok Non-BBM:
Gas (LPG), Pelumas, Lilin< Cat, Aspal.
3)      Kelompok Petrokimia:
Paraksilena, Metanol, dan PTA (Purified Terephthalic Acid).

2.      Gas Bumi
Gas Bumi adalah senyawa hidrokarbon ringan berupa gas yanf terakumulasi dalam batuan reservoar.
Di alam terdapat 3 jenis gas bumi:
a.             Associated gas, yaitu gas yang didalam reservoar terlarut dalam minyak bumi sehingga berbentuk cair, gas ini dihasilkan sebagai gas ikutan pada produksi minyak bumi. Gas ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong minyak keatas dari dalam bumi.
b.            Non Associated gas, yaitu gas yang didalam reservoir sudah berbentuk gas. Gas ini merupakan hasil dari dari sumur gas bumi dan biasanya baru diproduksikan bila pemanfaatannya sudah jelas
c.             Kondensat, yaitu gas yang didalam reservoir berbentuk gas, namun setelah sampai dipermukaan karena terpengaruh perbedaan tekanan dan suhu, berubah menjadi cair.
1)      LPG ( Liquefied Petroleum Gas)
LPG merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran hidrokarbon dengan propane (C3H8) dan buatan (C4H10) sekitar 99% yang dicairkan. Elpiji (LPG) adalah merk dagang Liquefied Petroleum Gas yang dipasarkan di Indonesia. LPG sebagai bahan bakar lebih menguntungkan karena:
a)      Pembakarannya sempurna, jadi tidak berasap
b)      Tidak berjelaga, sehingga dapur dan alat-alatnya tetap bersih
c)      Tidak menimbulkan polusi, sehingga merupakan energy bersih dan ramah lingkungan.
2)      LNG (Liquefied Natural Gas)
LNG adalah gas bumi yang dicairkan. Natural gas (gas alam atau gas bumi) adalah campuran hidrokarbon (HC) ringan (C1C1) yang berasal dari dalam bumi berupa gas dengan komposisi utama kurang lebih 85% metana (CH4), kurang lebih 10% etana (C2H6).
Gas bumi merupakan gas yang tak berwarna, tak berbau dan mudah terbakar.
Keuntungan LNG
a)      LNG dapat disimpan dalam bentuk cair dengan volume yang kecil dan mudah diuapkan kembali
b)      LNG merupakan bahan bakar bersih sehingga ramah lingkungan
c)      LNG mempunyai nilai kalor tinggi, sehingga lebih ekonomis
d)     LNG seperti halnya gas bumi, dapat dijadikan bahan baku untuk industri petrokimia.


BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      A. Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Bangka Belitung ini merupakan provinsi yang memiliki keindahan alam yang bagus, dengan objek wisata pantainya yang sudah dikenal oleh mancanegara, di bangka belitung pantainya berpasir putih dan  banyak terdapat batu-batu granit raksasa. Keragaman etnis dan harmoni penduduknya menjadi salah satu daya tarik, disamping keanekaragaman budaya dan keindahan alamnya, serta peninggalan-peninggalan sejarah bawah lautnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa BaBel merupakan Provinsi yang memiliki beragam objek wisata, baik wisata pantainya samapai dengan wisata budayanya yang sangat beragam dengan berbagai macam suku berkumpul dan harmonis.
B. Museum Minyak dan Gas
Migas merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak, migas mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional, sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.



DAFTAR PUSTAKA
Biro humas museum Graha Widya Patra, “Lembar Informasi: Museum Minyak Dan Gas Bumi Taman Mini Indonesia Indah”. Jakarta: Biro humas museum Graha Widya Patra, 2006.
Biro Humas provinsi Bangka Belitung (2010).

0 komentar:

Posting Komentar